Golongan Itsna 'Asyariyah percaya bahwa kedua belas imam
tersebut adalah maksum (manusia-manusia suci). Apa yang dikatakan dan
dilakukan mereka tidak akan bertentangan dengan kebenaran karena mereka
selalu dijaga Allah SWT dari perbuatan-perbuatan salah dan bahkan dari
kelupaan.
Menurut Syiah Dua Belas, jabatan imamah berakhir pada Imam
Muhammad al-Muntazar bin Hasan al-Askari. Sesudah itu, tidak ada imam-imam
lagi sampai hari kiamat. Namun, Imam Muhammad al-Muntazar bin Hasan al-Askari
ini atau yang lebih dikenal dengan sebutan Imam Mahdi, diyakini belum mati
sampai saat ini. Menurut mereka Imam Mahdi masih hidup, tetapi tidak dapat
dijangkau oleh umum dan nanti pada akhir zaman Imam Mahdi akan muncul
kembali. Dengan kata lain, Imam Muhammad al-Muntazar diyakini gaib.
Menurut Syiah Dua Belas, selama dalam masa kegaiban Imam
Mahdi, jabatan kepemimpinan umat, baik dalam urusan keagamaan maupun urusan
kemasyarakatan dilimpahkan kepada fukaha (ahli hukum Islam) atau mujtahid
(ahli agama Islam yang telah mencapai tingkat ijtihad mutlak). Fukaha atau
mujtahid ini harus memenuhi tiga kriteria. Pertama, faqahah, yaitu ahli dalam bidang agama Islam. Kedua, 'adalah (adil), takwa, dan istiqamah
(konsisten) dalam menjalankan aturan-aturan agama. Ketiga, kafa'ah, yaitu memiliki kemampuan
memimpin dengan baik. Mujtahid atau fakih yang menggantikan jabatan Imam
Mahdi itu disebut na'ib al-imam,
atau wakil imam. Ayatullah Rohullah Khomeini, misalnya, adalah salah seorang na'ib al-imam tersebut.
Sebagai sekte Syiah terbesar, kelompok Syiah Dua Belas
sebenarnya bukan golongan Imamiyah atau golongan yang hanya memusatkan
perhatian pada persoalan imamah semata, tetapi juga merupakan golongan yang
terlibat aktif dalam pemikiran-pemikiran keislaman lainnya seperti teologi,
fikih dan filsafat. Dalam teologi, sekte Itsna 'Asyariyah ini dekat dengan
golongan Muktazilah, tetapi dalam persoalan pokok-pokok agama mereka berbeda.
Pokok-pokok agama menurut Syiah Dua Belas ini adalah at-tauhid (tauhid), al-'adl
(keadilan), an-nubuwwah (wahyu,
kenabian), al-imamah
(kepemimpinan), dan al-ma'ad
(tempat kembali setelah meninggal). Sementara itu dalam bidang fikih, mereka
tidak terikat pada satu mazhab fikih mana pun. Menurut sekte ini, selama masa
kegaiban Imam Mahdi urusan penetapan hukum Islam harus melalui ijtihad dengan
berlandaskan pada Al-Qur'an, hadis atau sunah Nabi Muhammad SAW, hadis atau
sunah Imam Dua Belas, ijmak, dan akal.
Sekte Ismailiyah, sekte terbesar kedua dalam golongan
Imamiyah, adalah golongan yang mengakui bahwa Ja'far as-Sadiq telah menunjuk
Isma'il, anaknya, sebagai imam penggantinya sesudah ia wafat. Akan tetapi,
karena Isma'il bin Ja'far as-Sadiq telah meninggal lebih dahulu maka
sebenarnya penunjukan itu dimaksudkan kepada anak Isma'il, yaitu Muhammad bin
Isma'il. Muhammad bin Isma'il lebih dikenal dengan sebutan Muhammad al-Maktum
(Ar.: al-maktum = menyembunyikan
diri).
Golongan Ismailiyah berpendapat, selama seorang imam belum
mempunyai kekuatan yang cukup untuk mendirikan kekuasaan maka imam tersebut
perlu menyembunyikan diri; baru setelah merasa cukup kuat ia akan keluar dari
persembunyiannya. Selama masa persembunyiannya itu, sang imam memerintahkan
utusan-utusannya untuk menggalang kekuatan. Oleh karena itu, beberapa imam
sesudah Muhammad al-Maktum selalu menyembunyikan diri sampai masa Abdullah
al-Mahdi yang kemudian berhasil mendirikan dan menjadi khalifah pertama
Dinasti Fatimiyah di Mesir. Imam yang menyembunyikan diri ini disebut al-imam al-maur.
Sebagian dari penganut sekte ini percaya bahwa sebenarnya
Isma'il bin Ja'far tidak meninggal dunia, melainkan hanya gaib dan akan
kembali lagi ke dunia nyata pada akhir zaman. Mereka disebut sekte
as-Sab'iyah atau golongan yang mempercayai tujuh imam. Untuk sekte ini, imam
terakhir adalah Isma'il bin Ja'far.
Golongan Ismailiyah sampai saat ini masih ada, namun
jumlah mereka sedikit sekali. Pengikut sekte ini terutama di India. Aga Khan
adalah salah seorang imam Ismailiyah.
Kaum
Gulat.
Kaum Gulat adalah golongan yang berlebih-lebihan dalam memuja
Ali bin Abi Talib atau imam-imam lain dengan menganggap bahwa para imam
tersebut bukan manusia biasa, melainkan jelmaan Tuhan atau bahkan Tuhan itu
sendiri. Menurut al-Bagdadi, kaum Gulat telah ada sejak masa Ali bin Abi
Talib. Mereka memanggil Ali dengan sebutan "anta, anta" yang
berarti "engkau, engkau". Yang dimaksud di sini adalah : engkau
adalah Tuhan. Menurut al-Bagdadi, sebagian dari mereka sempat dibakar
hidup-hidup oleh Ali bin Abi Talib. Tetapi pemimpin mereka, Abdullah bin
Saba, hanya dibuang ke Madain.
|
Monday, October 5, 2015
Tarikh Syiah 5
Subscribe to:
Posts (Atom)