Saturday, October 10, 2015

PENYEMBUHAN BADAN MELALUI asmaul husna

Ia telah ditemui oleh Doktor Ibrahim Karim (biologi) bahawa Asma ul Husna, nama yang baik kepada Allah (SWT) mempunyai kuasa penyembuhan untuk sejumlah besar penyakit.
Dia menggunakan kaedah ketepatan dalam pengukuran tenaga dalam tubuh manusia dan mendapati bahawa setiap satu daripada nama-nama Allah (SWT) merangsang tenaga dalam sistem imun badan manusia untuk berfungsi dengan cekap di dalam badan manusia yg tertentu. Beliau mendapati bahawa sebutan (membaca) dengan nama-nama Allah (SWT) membawa kepada peningkatan dalam trek Bio Energy dalam tubuh manusia, dan selepas 3-tahun penyelidikan Doktor Ibrahim Karim sampai kepada yang berikut:

Kaedah rawatan: Letak tangan anda pada tempat sakit dan memuji nama Allah (SWT) di atasnya sesuai dengan penyakit anda sehingga sembuh  insyallah.

01. Telinga - As Sami
02. Tulang - Al Nafi
03. Tulang Belakang - Al Jabbar
04. Lutut - Al Rauf (The Clement)
05. Rambut - Al Badi (Pencipta)
06. Jantung - Al Nur (Cahaya)
07. Otot - Al Qawi (Maha Kuat)
08. Gelombang Jantung - Al Wahab
09. Jantung otot - Al Razaqq
10. saraf - Al Mughni
11. Arteri - Al Jabbar
12. Perut - Al Razaqq
13. Kanser - Al Jalil (The Mighty)
14. Tiroid - Al Jabbar
15. Thigh- Al Rafi (The Exalter)
16. Migrain - Al Ghani (The Rich One)
17. Mata Arteri - Al Mutaali
18. Buah Pinggang - Al Hayy
19. Colon - Al Rauf (The Clement)
20. Usus - Al Razzaq
21. Hati - Al Nafi
22. Pankreas - Al Bari
23. Lemak Sacks - Al Nafi
24. Rahim - Al Khaliq (Pencipta)
25. Pundi Kencing - Al Hadi (Panduan)
26 Reumatik - Al Muhaymin (The Guardian)
27. Prostat - Al Rashid
28. Saraf Mata - Al Zahir
29. Kelenjar pineal - Al Hadi
30. Tekanan Darah - Al Khafed
31. Paru-paru - Al Razzaq
32. Thymus Kelenjar - Al Qawi
33. Kelenjar atas Buah Pinggang - Al Bari
34. Rambut Peel - Al Jalil (The Mighty)
35. Rongga Hidung - (Al Latif, Al Ghani, Al Raheem)
36. Mata - (Al Nur, Al Basir, Al Wahab)

mesti mesti mesti kongsi ...

,* semoga bermanfaat buat kita semua.. aamiiin.. ..
Nasihat dari Prof Dr Harlina Shiraj

Amin ,,,,آَمِيّـٍـِـنْ... آَمِيّـٍـِـنْ يَآرَبْ آلٌعَآلَمِِيِن
Assalam..jom.kita amalkan

Adakah kalian benar benar Syiah Imam 'Ali as?

Adakah kalian benar benar Syiah Imam 'Ali as?

🚩 Imam Ali as berkata kepada Nauf Bakali:
“Tahukah engkau, wahai Nauf, siapakah syiahku?” 
Nauf menjawab: “Tidak, demi Allah.”

Lalu Imam Ali as menjelaskan: “Syiahku adalah orang-orang yang bibirnya kering dan perutnya kosong. Mereka adalah orang-orang yang dikenali dengan kezuhudan di wajahnya. Mereka adalah orang-orang yang banyak beribadah di malam hari dan seperti singa di siang hari.”
[Bihar al-Anwar, Jilid 78, Hadits No 95]

🚩Imam Muhammad Baqir as berkata:
“Sesungguhnya syiah kami hanyalah orang-orang yang bertakwa kepada Allah dan menaatiNya. Mereka adalah orang-orang yang terkenal dengan kerendahhatian, kekhusyuan, menyampaikan amanah, dan banyak berzikir kepada Allah” 
[Tuhaf al-‘Uqul, Hadis No 295]

🚩 Imam Ja’far Ash-Shadiq as berkata:
“Sesungguhnya syiah ‘Ali itu adalah orang yang menjaga kesucian perut dan kemaluannya, kuat jihadnya, beramal untuk penciptaNya, mengharapkan pahalaNya dan takut kepada siksaNya. Jika engkau melihat mereka itu, mereka itulah Syiah Ja’far.”
[Al-Kafi, Jilid 2, Hadits No 9]

🚩Imam Ja’far Ash-Shadiq as berkata:
“Ujilah syiah kami pada tiga keadaan: (1) Pada waktu-waktu shalat bagaimana mereka menjaganya; (2) Pada rahasia-rahasia mereka, bagaimana mereka menjaganya untuk tidak membocorkannya kepada musuh-musuh kami; dan (3) Dalam harta mereka, bagaimana mereka membantu saudara-saudaranya dengan harta itu.”
[Bihar al-Anwar, Jilid 83, Hadits No 40]

🚩Imam Ja’far Ash-Shadiq as berkata:
“Sesungguhnya syiah kami itu adalah orang-orang yang memiliki empat mata: dua mata di kepalanya dan dua mata di hatinya. Ketahuilah, sesungguhnya seluruh manusia seperti itu, tetapi Allah Azza Wa Jalla membuka mata kalian (syiahku) dan membutakan penglihatan mereka.”
[Al-Kafi, Jilid 8, Hadits No 260]

🚩 Imam Ja’far Ash-Shadiq as berkata:
“Bukanlah termasuk syiah kami orang yang berbicara dengan lisannya dan bertentangan dengan kami dalam perbuatan dan sunnah kami” 
[Bihar al-Anwar, Jilid 68, Hadits No 13]

🚩Imam Ja’far Ash-Shadiq as berkata:

“Bukanlah syiah kami orang yang mengingkari empat perkara: mi’raj, pertanyaan di dalam kubur, penciptaan surga dan neraka, syafaat.”
[Bihar al-Anwar, Jilid 69, Hadits No 11]

🚩 Imam Ja’far Ash-Shadiq as pernah bertanya kepada seorang laki-laki tentang orang-orang yang dia tinggalkan di kotanya (yang dianggap sebagai pengikut Syiah), lalu laki-laki itu menjawab dengan sanjungan yang baik, penyucian dan pujian. 

Lalu Imam Ja’far bertanya: “Bagaimana kunjungan orang-orang kaya mereka kepada orang-orang miskinnya?”

Dijawab laki-laki itu: “Jarang sekali.”

Lalu Imam Ja’far bertanya lagi: “Bagaimana kehadiran orang-orang kaya mereka di tengah-tengah orang miskinnya?”
Dijawabnya: “Jarang sekali,”

Selanjutnya Imam Ja’far bertanya lagi: “Bagaimana pemberian orang-orang kaya mereka kepada orang-orang miskinnya?”

Laki-laki itu kemudian menjawab: “Anda telah menyebutkan perilaku yang jarang kami lakukan.”

Selanjutnya Imam Ja’far berkata: “Kalau begitu, bagaimana bisa kamu mengatakan bahwa mereka adalah syiah kami?” 
[Al-Kafi, Jilid 2, Hadits No 10]

🚩Imam Musa Kazhim as berkata:

“Bukanlah syiah kami orang yang sedang menyendiri, sementara hatinya tidak takut kepada Allah.”
[Bashair al-Darajat, Jilid 10, Hlm 247]

اللهم اجعلنا من شيعة علي ..
اللهم صل على محمد وآل محمد

Tarikh Syiah 9

                  


Raj'ah dalam keyakinan Syiah bukan merupakan keyakinan pokok. Ia diyakini karena beberapa riwayat dari imam-imam mereka menyatakan akan adanya raj'ah tersebut. Selain itu, penganut Syiah pun mendasarkannya pada surah al-Gafir (al-Mu'min) ayat 11 yang artinya : "Mereka menjawab: Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?" Menurut mereka, dalam ayat di atas tercantum makna ar-raj'ah karena di dalamnya disebutkan adanya dua kehidupan setelah mati, yaitu kehidupan yang terakhir di akhirat dan satu lagi kehidupan sesudah mati sebelum kehidupan di akhirat. Kehidupan yang disebut terakhir itulah menurut mereka yang disebut ar-raj'ah

Taqiyah.

Dari segi bahasa, taqiyah berasal dari kata taqiya atau ittaqa yang artinya takut. Taqiyah adalah sikap berhati-hati demi menjaga keselamatan jiwa karena khawatir akan bahaya yang dapat menimpa dirinya. Dalam kehati-hatian ini terkandung sikap penyembunyian identitas dan ketidakterusterangan.
Dalam sejarah Syiah, sikap taqiyah ini sering dijumpai sehingga menjadi semacam syiar dalam ajaran mereka. Hal ini disebabkan menurut sejarah, mereka selalu dimusuhi dan diburu oleh penguasa-penguasa yang tidak suka kepada mereka, sehingga untuk menyelamatkan diri mereka terpaksa melakukan taqiyah. Salah satu alasan yang digunakan Syiah untuk membenarkan sikap mereka ini adalah peristiwa yang menimpa sahabat Ammar bin Yasir yang dipaksa orang-orang kafir Kuraisy untuk menyatakan dirinya kufur padahal ia sendiri tidak menghendakinya (lihat QS.16:106).

Tawassul.

Tawassul adalah memohon sesuatu kepada Allah SWT dengan menyebut pribadi atau kedudukan seorang nabi, imam, atau bahkan seorang wali supaya doanya tersebut cepat dikabulkan Allah SWT.
Dalam Islam akhir-akhir ini terjadi perselisihan yang cukup tajam mengenai boleh tidaknya tawassul. Di satu pihak dikatakan tawassul haram hukumnya dengan alasan dapat menyekutukan Allah SWT. Kelompok ini dipelopori oleh golongan Salafiyah dan Wahabi. Di lain pihak, ada kelompok yang berpendapat bahwa tawassul boleh hukumnya, bahkan dianjurkan. Alasan yang diajukan adalah adanya firman Allah SWT dalam Al-Qur'an, yang artinya : "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan." (QS. 5:35) 
Kelompok ini beranggapan, adanya kekhawatiran dapat menyekutukan Allah SWT dianggap berlebihan karena yang dimintai sesuatu itu bukannya pribadi, melainkan Allah SWT sendiri. Kelompok ini masih sangat kuat berakar di kalangan umat Islam, terutama di Indonesia.
Dalam Syiah, tawassul merupakan salah satu tradisi keagamaan yang sulit dipisahkan. Dapat dikatakan bahwa hampir pada setiap doa mereka selalu terselip unsur tawassul, tetapi biasanya tawassul dalam Syiah terbatas pada pribadi Nabi Muhammad SAW atau imam-imam dari ahlulbait. Dalam doa-doa mereka selalu dijumpai ungkapan-ungkapan seperti, "Allaahumma bi haqqi Muhammad wa aali Muhammad ..." (ya Allah, demi kedudukan Muhammad dan keluarga Muhammad aku bermohon ...) atau  "yaa Faathimah isyfa'ii lii 'indallah" (wahai Fatimah, mohonkanlah syafaat bagiku kepada Allah), dan sebagainya.

Tawallii dan Tabarrii.

Kata tawallii berasal dari kata tawallaa fulaanan yang artinya mengangkat seseorang sebagai pemimpinnya. Adapun tabarrii berasal dari kata tabarra'a 'an fulaan yang artinya melepaskan diri atau menjauhkan diri dari seseorang. Tawallii dan tabarrii merupakan salah satu doktrin Syiah yang amat penting. Tawallii dimaksudkan sebagai sikap keberpihakan kepada ahlulbait, mencintai mereka, patuh pada perintah-perintah mereka, dan menjauhi segala larangan mereka. Adapun tabarrii dimaksudkan sebagai sikap menjauhkan diri atau melepaskan diri dari musuh-musuh ahlulbait, menganggap mereka sebagai musuh-musuh Allah SWT, membenci mereka, dan menolak segala yang datang dari mereka.
Kedua sikap ini dianut pemeluk-pemeluk paham Syiah berdasarkan beberapa ayat dan hadis yang mereka pahami sebagai perintah untuk tawallii kepada ahlulbait dan tabarrii dari musuh-musuhnya. Misalnya, hadis Nabi SAW mengenai Ali bin Abi Talib yang berbunyi: "Barangsiapa yang menganggap aku ini adalah pemimpinnya, maka hendaklah ia menjadikan Ali sebagai pemimpinnya. Ya Allah belalah orang yang membela Ali, musuhilah orang yang memusuhi Ali, binasakanlah orang yang menghina Ali, dan lindungilah orang yang melindungi Ali." (HR. Ahmad bin Hanbal)


Tarikh Syiah 8




Mahdawiyyah.

Mahdawiyyah berasal dari kata mahdi, yang berarti keyakinan akan datangnya seorang juru selamat pada akhir zaman yang akan menyelamatkan kehidupan manusia di muka bumi ini. Juru selamat itu disebut Imam Mahdi.
Dalam Islam, keyakinan akan datangnya Imam Mahdi ini cukup berakar kuat di kalangan kaum muslimin; tidak hanya di kalangan penganut paham Syiah, tetapi juga di kalangan mayoritas ahlusunah waljamaah. Hal itu disebabkan oleh cukup banyaknya riwayat mengenai akan datangnya sang juru selamat ini. Namun, antara keyakinan Syiah dan keyakinan ahlusunah waljamaah terdapat perbedaan yang cukup mencolok. Dalam ahlusunah waljamaah, figur Imam Mahdi itu tidak jelas. Mahdi itu disebutkan mempunyai beberapa kriteria, antara lain: keturunan Fatimah, memiliki nama yang serupa dengan nama Nabi SAW, dan akan muncul bersamaan dengan turunnya Nabi Isa AS. Selain itu dalam ahlusunah waljamaah ada keyakinan akan kegaiban Imam Mahdi. 
Sementara dalam Syiah, figur Imam Mahdi jelas sekali. Ia adalah salah seorang dari imam-imam yang mereka yakini. Syiah Dua Belas misalnya, memiliki keyakinan bahwa Muhammad bin Hasan al-Askari (Muhammad al-Muntazar) adalah Imam Mahdi. Di samping itu, Imam Mahdi ini diyakini masih hidup sampai sekarang, hanya saja manusia biasa tidak dapat menjangkaunya, dan nanti di akhir zaman ia akan muncul kembali dengan membawa keadilan bagi seluruh masyarakat dunia. Oleh karena itu, orang-orang Syiah sangat menunggu-nunggu kedatangan Imam Mahdi ini. Mereka menyebutnya sebagai al-Imam al-Muntazhar atau imam yang ditunggu-tunggu kedatangannya. Dalam doa-doa mereka selalu diucapkan kata-kata seperti " 'ajjilillaahumma farajahu as-syariif (ya Allah segerakanlah kemunculan al-Mahdi yang mulia)."

Marja'iyyah atau Wilayah al-Faqih.

Kata marja'iyyah berasal dari kata marja' yang artinya tempat kembalinya sesuatu. Sedangkan kata wilayah al-faqih terdiri dari dua kata: wilayah berarti kekuasaan atau kepemimpinan dan faqih berarti ahli fikih atau ahli hukum Islam. Wilayah al-faqih mempunyai arti kekuasaan atau kepemimpinan para fukaha.
Menurut Syiah Dua Belas, selama masa kegaiban Imam Mahdi, kepemimpinan umat terletak di pundak para fukaha, baik dalam persoalan keagamaan maupun dalam urusan kemasyarakatan. Para fukahalah yang seharusnya menjadi pucuk pimpinan masyarakat, termasuk dalam persoalan kenegaraan atau politik. Hal itu disebabkan Imam Mahdi telah melimpahkan tanggung jawab kepemimpinannya yang mencakup urusan kegagaamn dan kemasyarakatan itu kepada para fukaha yang bersifat adil dan mempunyai kemampuan memimpin. 
Dalam pada itu, karena para fukaha ini adalah penerus kepemimpinan Imam Mahdi selama masa kegaibannya, maka wewenang atau kekuasaan yang dimilikinya terhadap umat pun sangat besar. Umat harus patuh dan tidak boleh melanggar perintah mereka karena menolak mereka sama dengan menolak kepemimpinan Imam Mahdi itu sendiri. Akan tetapi, para fukaha ini sekalipun dianggap mempunyai kekuasaan yang cukup besar, tetapi tidak diyakini maksum karena sifat 'ishmah itu hanya dimiliki para imam dan nabi. Para fukaha itu bukan imam, melainkan na'ib al-imam atau wakil imam pada umat. Dalam tradisi Syiah Dua Belas, para fukaha ini juga disebut marja' dini (narasumber dalam soal agama).

Raj'ah.

Kata raj'ah berasal dari kata raja'a, yang artinya pulang atau kembali. Raj'ah adalah keyakinan akan dihidupkannya kembali sejumlah hamba Allah SWT yang paling saleh dan sejumlah hamba Allah SWT yang paling durhaka untuk membuktikan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT di muka bumi, bersamaan dengan munculnya Imam Mahdi.