Raj'ah dalam keyakinan Syiah bukan merupakan keyakinan pokok. Ia
diyakini karena beberapa riwayat dari imam-imam mereka menyatakan akan adanya
raj'ah tersebut. Selain itu,
penganut Syiah pun mendasarkannya pada surah al-Gafir (al-Mu'min)
ayat 11 yang artinya : "Mereka menjawab: Ya Tuhan kami, Engkau telah
mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu
kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk
keluar (dari neraka)?" Menurut mereka, dalam ayat di atas tercantum
makna ar-raj'ah karena di dalamnya
disebutkan adanya dua kehidupan setelah mati, yaitu kehidupan yang terakhir
di akhirat dan satu lagi kehidupan sesudah mati sebelum kehidupan di akhirat.
Kehidupan yang disebut terakhir itulah menurut mereka yang disebut ar-raj'ah.
Taqiyah.
Dari segi bahasa, taqiyah
berasal dari kata taqiya atau ittaqa yang artinya takut. Taqiyah adalah sikap berhati-hati demi
menjaga keselamatan jiwa karena khawatir akan bahaya yang dapat menimpa
dirinya. Dalam kehati-hatian ini terkandung sikap penyembunyian identitas dan
ketidakterusterangan.
Dalam sejarah Syiah, sikap taqiyah ini sering dijumpai sehingga menjadi semacam syiar dalam
ajaran mereka. Hal ini disebabkan menurut sejarah, mereka selalu dimusuhi dan
diburu oleh penguasa-penguasa yang tidak suka kepada mereka, sehingga untuk
menyelamatkan diri mereka terpaksa melakukan taqiyah. Salah satu alasan yang digunakan Syiah untuk membenarkan
sikap mereka ini adalah peristiwa yang menimpa sahabat Ammar bin Yasir yang
dipaksa orang-orang kafir Kuraisy untuk menyatakan dirinya kufur padahal ia
sendiri tidak menghendakinya (lihat QS.16:106).
Tawassul.
Tawassul adalah memohon sesuatu kepada Allah SWT dengan
menyebut pribadi atau kedudukan seorang nabi, imam, atau bahkan seorang wali
supaya doanya tersebut cepat dikabulkan Allah SWT.
Dalam Islam akhir-akhir ini terjadi perselisihan yang
cukup tajam mengenai boleh tidaknya tawassul.
Di satu pihak dikatakan tawassul
haram hukumnya dengan alasan dapat menyekutukan Allah SWT. Kelompok ini
dipelopori oleh golongan Salafiyah dan Wahabi. Di lain pihak, ada kelompok
yang berpendapat bahwa tawassul
boleh hukumnya, bahkan dianjurkan. Alasan yang diajukan adalah adanya firman
Allah SWT dalam Al-Qur'an, yang artinya : "Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya,
dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan."
(QS. 5:35)
Kelompok ini beranggapan, adanya kekhawatiran dapat menyekutukan
Allah SWT dianggap berlebihan karena yang dimintai sesuatu itu bukannya
pribadi, melainkan Allah SWT sendiri. Kelompok ini masih sangat kuat berakar
di kalangan umat Islam, terutama di Indonesia.
Dalam Syiah, tawassul
merupakan salah satu tradisi keagamaan yang sulit dipisahkan. Dapat dikatakan
bahwa hampir pada setiap doa mereka selalu terselip unsur tawassul, tetapi biasanya tawassul dalam Syiah terbatas pada
pribadi Nabi Muhammad SAW atau imam-imam dari ahlulbait. Dalam doa-doa mereka
selalu dijumpai ungkapan-ungkapan seperti, "Allaahumma bi haqqi Muhammad wa aali Muhammad ..." (ya Allah,
demi kedudukan Muhammad dan keluarga Muhammad aku bermohon ...) atau
"yaa Faathimah isyfa'ii lii
'indallah" (wahai Fatimah, mohonkanlah syafaat bagiku kepada Allah),
dan sebagainya.
Tawallii dan Tabarrii.
Kata tawallii
berasal dari kata tawallaa fulaanan
yang artinya mengangkat seseorang sebagai pemimpinnya. Adapun tabarrii berasal dari kata tabarra'a 'an fulaan yang artinya
melepaskan diri atau menjauhkan diri dari seseorang. Tawallii dan tabarrii
merupakan salah satu doktrin Syiah yang amat penting. Tawallii dimaksudkan sebagai sikap keberpihakan kepada ahlulbait,
mencintai mereka, patuh pada perintah-perintah mereka, dan menjauhi segala
larangan mereka. Adapun tabarrii
dimaksudkan sebagai sikap menjauhkan diri atau melepaskan diri dari
musuh-musuh ahlulbait, menganggap mereka sebagai musuh-musuh Allah SWT,
membenci mereka, dan menolak segala yang datang dari mereka.
Kedua sikap ini dianut pemeluk-pemeluk paham Syiah
berdasarkan beberapa ayat dan hadis yang mereka pahami sebagai perintah untuk
tawallii kepada ahlulbait dan tabarrii dari musuh-musuhnya.
Misalnya, hadis Nabi SAW mengenai Ali bin Abi Talib yang berbunyi:
"Barangsiapa yang menganggap aku ini adalah pemimpinnya, maka hendaklah
ia menjadikan Ali sebagai pemimpinnya. Ya Allah belalah orang yang membela
Ali, musuhilah orang yang memusuhi Ali, binasakanlah orang yang menghina Ali,
dan lindungilah orang yang melindungi Ali." (HR. Ahmad bin Hanbal)
|
Saturday, October 10, 2015
Tarikh Syiah 9
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment